Jumat, 20 Mei 2011

LAPORAN DPT SUB PENYAKIT "PENYAKIT BUSUK PANGKAL TANAMAN NANAS (Ceratocystis paradoxa)"

PENYAKIT BUSUK PANGKAL (Ceratocystis paradoxa) PADA
TANAMAN NANAS (Ananas comosus)

LAPORAN
OLEH:
BAYDO M HUTABARAT
100301229
AET III


LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011


PENYAKIT BUSUK PANGKAL (Ceratocystis paradoxa) PADA
TANAMAN NANAS (Ananas comosus)

LAPORAN
OLEH:
BAYDO M HUTABARAT
100301229
AET III

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


Disetujui Oleh :
Dosen Penanggungjawab Laboratorium



(Ir. Lahmuddin Lubis, MP.)
NIP.195511211981031002

Diketahui Oleh Diperiksa Oleh
Assisten Koordinator Assisten Korektor



(Hardian Pirliza Ramadhani) (Iin Suwita)
NIM.070302033 NIM.070302020



LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina (Anonimus, 2011).
Buah nanas, muda mempunyai mata berwarna kelabu atau hijau muda, kelopak kecil-kecil yang menutupi separuh dari mata dan berwarna kelabu keputih-keputihan sehingga buah tampak kelabu. Apabila buah telah tumbuh maksimal (tua atau mature) dan sejalan dengan proses pematangan maka warnanya berubah (Sjaifullah, 1996).
Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik (Anonimus, 2011)
Buah dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis : tunggal (tomat, apel dan buah persik), kumpulan atau berbuah majemuk (nanas dan stroberi). Buah tunggal, yang dari sebuah buah tunggal, pematangan indung telur, bisa menjadi daging atau mengering. Daging buah, yang termasuk jenis beri, apel dan persik (Halfacre dan Jhon, 1979).
Nenas adalah tumbuhan yang lama berkembang, termasuk tumbuhan tropis monokotil yang menghasilkan buah yang sangat lezat dan dikonsumsi hamper diseluruh dunia. Mula-mula ada di Brazil, Paraguay dan argentina selatan di pusat amerika selatan (Hartmann, dkk, 1981).
Nanas secara luas tumbuh di daerah tropis dan sering kali menjadi barang dagang yan luas. Nenas mengandung banyak gula dan mengandung banyak vitamain A, B dan C. Nenas juga mengandung bromelin yang membantu mencerna daging (Mortensen, 1970).
Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui penyebab Penyakit Busuk Pangkal (Ceratocystis paradoxa) Pada Tanaman Nanas (Ananas comosus).
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah syarat untuk dapat mengikuti praktikal di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun klasifikasi tanaman nanas menurut Anonimus (2011) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr
Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan (perennial). Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem perakaran yang terbatas Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30 cm (Anonimus, 2011).
Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal dengan diameter 2,0 -3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai tempat melekat akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang (Hartmann, 1981).
Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada daunnya ada yang tumbuh dari duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun (Halfacre, 1979).
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5-10 kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6-16 bulan (Anonimus, 2011).
Syarat Tumbuh
Iklim

Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering). Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu (Anonimus, 2011).
Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam, Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 derajat C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 derajat C
(TTG Budidaya Pertanian, 2010).
Tanah
Nanas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-700 m dpl (Anonimus, 2011).
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akar. Nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering (TTG Budidaya Pertanian, 2010).
Biologi Penyakit
Adapun klasifikasi tanaman nanas menurut Anonimus (2011) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Ceratobasidiales
Family : Ceratobasidiaceae
Genus : Ceratocystis
Species : Ceratocystis paradoxa
Basidium adalah suatu badan yang melalui penonjolan selalu membentuk 4 spora. Basidium itu terdiri atas 1 sel yang membesar dan terbentuk gada dengan 4 eksospora padanya atau bersekat-sekat, jadi terdiri atas beberapa sel yang masing-masing membentuk satu basidiospora (Tjitrosoepomo, 2005).
Cendawan C. paradoxa bereproduksi secara seksual dan aseksual. C. paradoxa merupakan cendawan yang bersifat heterotalik dan menghasilkan banyak askomata ketika strain (+) dan (-) dipasangkan. Askomata berwarna cerah hingga cokelat tua atau hitam, berbentuk bulat, berdiameter 190-350 µm, terkadang berambut; memiliki struktur leher yang panjang, berwarna hitam dan cokelat pucat di bagian ujungnya, berukuran panjang lebih dari 400 µm
(Anonimus, 2011).
Seta ostiol berwarna hialin. Askospora berbentuk elips hingga reniform (berbentuk seperti ginjal) dengan ujung mengerucut, berwarna hialin, tidak bersekat, berukuran 3,5-8,0 x 2,0-2,5 µm. Konidiofor berwarna hialin hingga cokelat pucat, berukuran panjang lebih dari 200 µm, dan menghasilkan konidia di bagian ujungnya (Susanti, 2010).
Mikrokonidia berbentuk silindris hingga oval, berwarna hialin hingga kecokelatan, berdinding halus, berukuran 6-24 x 2,0-5,5 µm.
Spora (mikro- dan makrokonidia) hidup bebas di dalam tanah atau terdapat di dalam jaringan tanaman nenas. Inokulum cendawan C. paradoxa tersebar dari satu lahan ke lahan pertanaman lainnya melalui angin dan saluran irigasi
(Anonimus, 2011).


Gejala Serangan
Buah biasanya berawal dari tangkai dan terus menjalar kebagian buah. Bagian buah yang terinfeksi akan membusuk, lunak, dan berwarna kuning pada awalnya kemudian berubah menjadi berwarna hitam. Pembusukan ini disertai dengan keluarnya bau yng khas (Susanti, 2010).
Pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan (Anonimus, 2011).
Pada bibit nenas terjadi busuk lunak yang berwarna coklat pada pangkalnya. Pembusukan ini dapat meluas keatas ke daun-daun sebelum atau sesudah bibit dipindah ke lapang. Pada daun penyakit menyebabkan timbulnya bercak-bercak putih kekuningan yang lebar dan pendek, buah matang yang busuk berwarna kuning akhirnya berwarna hitam dan mengeluarkan bau yang khas
(Semangun, 1994).
Daun yang mula-mula berwarna hijau cerah, menjadi kuning, hijau redup atau hijau pucat disebut klorose. Perubahan warna ini disebabkan oleh rusaknya atau tidak berfungsinya klorofil, mungkin akibat kekurangan cahaya matahari atau serangan penyakit (Pracaya, 1999).
Faktor yang Mempengaruhi
Tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemic tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar. Faktor lingkungan itu adalah temperature, curah hujan, kelembapan, udara, angin, dan lamanya intensitas cahaya (Yudiarti, 2007).
Bibit-bibit yang mempunyai bidang potongan yang cukup besar pada pangkalnya, sangat rentan terhadap penyakit, terutama jika banyak hujan. Baik buah mentah, maupun buah masak adalah rentan (Semangun, 1994).
Patogen ini dapat bertahan di dalam tanah selama 15 bulan, sedangkan dalam media biakan, patogen ini dapat bertahan selama 12 bulan, dan selama 6-8 bulan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi. Cendawan C. paradoxa tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 25-31°C dengan pH sekitar 5,5-6,3. Pertumbuhan optimum cendawan ini adalah pada suhu 28°C. Cendawan C. paradoxa tumbuh dengan baik pada media yang mengandung glukosa dan fruktosa daripada media yang mengandung sukrosa. Biakan C. paradoxa dapat disimpan selama 12 bulan di dalam freezer lemari es (Anonimus, 2011).
Faktor lain yang dapat dan akan beraibat pada siklus penyakit diantaranya kondisi asam basa dari tanah (pH tanah), kondisi hara makanan dalam tanah, kondisi udara, dalam hal ini angin yang berfungsi untuk penyebaran spora, sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dan aktifitas serangan sebagai pembawa partikel virus (Yudiarti, 2007).
Infeksi pada buah terutama melalui bidang potongan pada tangkai setelah panen. Penanganan buah pascapanen secara kasar, yang menyebabkan terjadinya luka, akan meningkatkan jumlah buah yang busuk. Pembusukan berlangsung dengan cepat pada suhu 23-290C (Semangun, 1994).
Pengendalian
1. Merubah kondisi lingkungan agar tidak disukai oleh pathogen, baik diluar inang yaitu lingkungan tumbuh maupun di dalam tubuh inang itu sendiri. Degan demikian kondisi lingkungan tersebut mendukung pertumbuhan inang akan tetapi tidak mendukung pertumbuhan pathogen (Yudiarti, 2007).
2. Buah ditangani dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya luka. Unutk mencegah terjadinya infeksi melaui luka potogan, tangkai buah dapat diobati dengan asam benzoate 10% dalam etanol, yang dilakukan paling lamba 5 jam setelah pemotongan buah (Semangun, 1994).
3. Dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis (Anonimus, 2011).
4. Pengurangan inokulum atau aktivitas pathogen penghasil penyakit atau parasit baik dalam bentuk aktif maupun dorman dengan satu atau banyak organisme yang dilakukan secara alami atau dengan cara memanipulasi lingkungan, inang, atau antagonis (Yudiarti, 2007).
5. Bibit ditaruh terbalik diatas tanaman nenas di lapang selama beberapa hari sebelum ditanam. Denga perlakuan ini diharapkan luka dapat menjadi sembuh, selain itu untuk menekan perkembangan C.paradoxa pada tangkai batang buuah nenas dapat dicegah dengan pemberian serbuk kalsium hipoklorida (Semangun, 1994).
6. Menghancurkan pathogen sebelum atau sesegera mungkin setelah pathogen menginvasi dan mencegah terjadinya kolonisasi dan sporulasi dengan fumigasi dan sterelisasi (Yudiarti, 2007).

PERMASALAHAN
Menurunkannya kualitas, banyak peneliti mengatakan bahwa terdapat batas kritis kehilangan air bahan yang menentukan terjadinya kelayuan. Kisaran batas kritis kehilangan air bahan adalah 7 – 10 persen. Bilamana batasan kritis ini telah tercapai, keadaan tersebut menyebabkan ruang antar sel melebar hingga sel satu dengan sel lainnya mulai terpisah. Akibat selanjutnya, komoditi panenan akan mengalami kelayuan yang menyebabkan pengurangan kualitas bahkan mungkin saja sudah tidak layak jual. ( Anonimus, 2011).
Infeksi pada buah terutama melalui bidang potongan pada tangkai setelah panen. Penanganan buah pascapanen secara kasar, yang menyebabkan terjadinya luka, akan meningkatkan jumlah buah yang busuk. Pembusukan berlangsung dengan cepat pada suhu 23-290C (Semangun, 1994).
Tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar. Faktor lingkungan itu adalah temperature, curah hujan, kelembapan, udara, angin, dan lamanya intensitas cahaya (Yudiarti, 2007).

PEMBAHASAN
Penyakit busuk pangkal pada tanaman nanas (Ananas comosus) menyebabkan pengangkutan air dari tanah melalui akar ke seluruh bagian tanamann terutama di atas pangkal batang akan tergangu karena terjadi pembusukan yang disebabkan oleh Ceratocystis paradoxa sehingga tanaman akan kekurangan air. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimus (2011) yang menyatakan bahwa batas kritis kehilangan air bahan yang menentukan terjadinya kelayuan. Kisaran batas kritis kehilangan air bahan adalah 7 – 10 persen. Bilamana batasan kritis ini telah tercapai, keadaan tersebut menyebabkan ruang antar sel melebar hingga sel satu dengan sel lainnya mulai terpisah. Akibat selanjutnya, komoditi panenan akan mengalami kelayuan yang menyebabkan pengurangan kualitas bahkan mungkin saja sudah tidak layak jual.
Buah nanas dapat terserang penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh infeksi pada bagian batang yang dipotong saat pemanenan yang memungkinkan dengan adanya luka ini pathogen penyebab penyakit dapat masuk seperti Ceratocystis paradoxa. Hal ini sesuai dengan literatur Semangun (1994) yang menyatakan bahwa Infeksi pada buah terutama melalui bidang potongan pada tangkai setelah panen. Penanganan buah pascapanen secara kasar, yang menyebabkan terjadinya luka, akan meningkatkan jumlah buah yang busuk. Pembusukan berlangsung dengan cepat pada suhu 23-290C
Pathogen penyebab penyakit dapat tumbuh baik atau tidak tergantung dengan kondisi lingkungannya, apakah lingkungan mendukung atau tidaknya perkembangan dan pertumbuhan pathogen atau inokulumnya pada inangnya sehingga untuk menekan terjadinya penyakit ini dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan agar tidak sesuai dengan lingkungan hidup pathogen. Hal ini sesuai dengan literatur Yudiarti (2007) yang menyatakan bahwa tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar.

KESIMPULAN
1. Penyakit busuk pangkal pada tanaman nanas (Ananas comosus) disebabkan oleh Ceratocystis paradoxa.

LAPORAN DPT SUB PENYAKIT "PENYAKIT KARAT DAUN GANDUM (Puccinia recondita)

PENYAKIT KARAT DAUN GANDUM (Puccinia recondita) PADA
TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L)

LAPORAN
OLEH:
JHONSON A SIMAMORA
100301227
AET III / V










LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

PENYAKIT KARAT DAUN GANDUM (Puccinia recondita) PADA
TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L)

LAPORAN
OLEH:
JHONSON A SIMAMORA
100301227
AET III / V

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub- Penyakit
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


Disetujui Oleh :
Dosen Penanggungjawab Laboratorium


(Ir. Lahmuddin Lubis, MP.)
NIP.195511211981031002

Diketahui Oleh Diperiksa Oleh
Assisten Koordinator Assisten Korektor


(Hardian Pirliza Ramadhani) (Fadillah Subhan)
NIM.070302033 NIM.070302049






LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Penyakit Karat Daun (Puccinia recondita) Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para dosen mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman yaitu Ir. Lahmuddin Lubis, MP, Ir. Iskandar Pinem, M. Agr, Ir. Marheni, MP, dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS serta kepada seluruh asisten yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan, Mei 2011

Penulis

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah dari tanaman gandum dimulai dari masyarakat prasejarah yang sudah mengenal sifat-sifat gandum dan tanaman biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan dan sumber pangan bagi mereka. Berdasarkan penggalian arkeolog, diperkirakan gandum berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak 2700 SM (Anonimous, 2011a).
Secra morfologi, biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ) . Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras (Anonimous, 2011a).
Tanaman gandum termasuk tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping satu sehingga tipe perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman gandum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami sebab letak bunga jantan dan bunga betina tidak terpisah tetap dalam satu tempat. Karena tanaman sorgum menyerbuk sendiri sehingga penyerbukannya juga dilakukan dengan bantuan angin atau biasa disebut dengan Anemogami (Tjitrosoepomo, 2005).
Di Indonesia tanaman gandum hanya terbatas ditanam di dataran tinggi dan pegunungan, pada areal yang tidak begitu luas. Bercocock tanam tanaman gandum masih dilakukan dengan carayang sederhana seperti untuk padi gogo. Di daerah iklim sedang, gadum di tanam pada musim dingin (winter) dan musim semi (spring). Gandum yang ditanam di Indonesia adalah dari jenis gndum musim semi yang diintroduksi dari Jepang, Filipina dan Meksiko. Gandum musim dingin umumnya termasuk golongan tanaman berhari panjang (long day plant), yang tidak mungkin dapat berproduksi di daerah tropis (Irwan, 2011).

Tujuan Penulisan
- Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui penyebab Penyakit Karat Daun Gandum (Puccinia recondita) Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L)

Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah syarat untuk dapat mengikuti praktikal di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Anonimus (2011c) klasifikasi tanaman gandum adalah sebagai berikut:
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Triticum
Spesies : Triticum aestivum L.
Gandum memiliki dua jenis akar, yang mani (biji) akar dan akar yang memulai setelah perkecambahan, (mahkota atau adventif) nodal akar. Pada perkecambahan, semburan akar primer melalui coleorhiza, diikuti dengan munculnya empat atau lima akar mani lateral. Ini membentuk sistem akar mani, yang dapat tumbuh sampai 2 m di kedalaman dan mendukung tanaman hingga akar nodal muncul. Akar Nodal berhubungan dengan pengembangan anakan dan biasanya pertama kali terlihat ketika daun keempat mulai muncul dan anakan. Dibandingkan dengan akar mani, mereka lebih tebal dan muncul kurang lebih horizontal, ketika mereka pertama kali muncul mereka putih dan mengkilap (panggung 'akar putih'). Nodal akar terjadi pada 3-7 node lebih rendah (tergantung pada kondisi lingkungan dan jumlah daun pada akhir tunas). Node paling atas yang akar terjadi, di dasar bambu, mungkin di atas permukaan tanah, dan akar tidak dapat menembus tanah, tetapi muncul sebagai pasak pendek menonjol dari batang. Pada saat jatuh tempo, sistem akar meluas ke antara 1 dan 2 m dalam atau lebih tergantung pada kondisi tanah. Kebanyakan akar terjadi dalam 30 cm atas tanah (Walker, 1957).
Batang gandum; Terminal 4-7 ruas tunas yang memanjang untuk membentuk batang berbunga atau batang, dan perpanjangan ruas selesai pada saat bunga mekar. Peningkatan ruas panjang akhir dari pangkal batang ke ruas paling atas, yang membawa telinga, atau batang (Gambar 2.1). Para ruas basal lebih pendek daripada sarung melampirkan daun subtending, sedangkan batang dan ruas kedua dari belakang lebih panjang dari selubung melampirkan, mengungkapkan panjang batang telanjang dan membawa telinga muncul jelas dari sarungnya. Kadang-kadang, dalam kondisi lingkungan stress, perpanjangan ruas dibatasi dan telinga sebagian tetap tertutup di selubung daun bendera. Itu, kuat selubung menebal daun batang secara struktural penting untuk kekuatan batang dan kekakuan, dan simpul atau pulvinus merupakan instrumen dalam melaksanakan telinga tinggi-tinggi jika tanaman diajukan (diletakkan datar biasanya oleh angin atau hujan) (Singh, 2001).
Setiap daun gandum terdiri dari sarungnya, membungkus sekeliling daun subtending, dan lamina (blade). Di persimpangan selubung dan lamina, ada struktur membran, ligule, dan sepasang kecil, proyeksi berbulu, yang auricles. Dasar daun pada batang yang tebal untuk membentuk simpul keras atau pulvinus. Daun dibagi di ligule menjadi selubung silinder dan pisau datar atau lamina. Selubung berbentuk tabung di dasar, tapi lebih dekat kepada pisau itu terbagi dan margin tumpang tindih. Lamina memiliki pelepah cukup baik-ditandai, sepanjang yang menjalankan vascular bundle utama daun. Ini membagi pisau menjadi dua bagian hampir sama, masing-masing memiliki sejumlah rusuk lateral paralel atau vena. Setiap vena menandai posisi dari bundel vaskuler, dan jaringan selama bundel dinaikkan menghasilkan punggungan sehingga permukaan bawah daun pisau yang bergelombang. Permukaan abaxial lebih atau kurang datar. Pelepah memperluas ke dalam sarung untuk jarak pendek sebagai punggungan diucapkan. Pisau daun alami mengasumsikan twist, dan tepat di bawah ujung, biasanya sekitar dua pertiga di sepanjang daun, ada sebuah penyempitan sering. Penyempitan ini diproduksi oleh kendala pada tingkat pertumbuhan yang dihasilkan oleh investasi ligule erat daun subtending selama pengembangan. Ligule adalah flap berwarna tipis dari jaringan sekitar 1 sampai 2 mm, yang mengelilingi daun atau batang di atasnya dari tempat pisau menyimpang. Terkait dengan ligule ini adalah auricles, dua proyeksi earlike kecil dibatasi dengan rambut uniseluler (Djafaruddin, 2008)

Syarat Tumbuh
Iklim
Gandum tumbuh dari subtropis, irigasi ke daerah tinggi jatuh hujan-kering dan dan dari hangat, lembab kering, lingkungan dingin. Tidak diragukan lagi, ini adaptasi luas telah dimungkinkan karena dengan sifat kompleks genom tanaman, yang memberikan plastisitas besar untuk tanaman. Gandum adalah tanaman C3 dan karena itu tumbuh subur di lingkungan dingin. Banyak telah ditulis tentang, fisiologi pertumbuhan dan perkembangannya, yang pada saat ini cukup baik dipahami (Yudiarti, 2007).
Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman gandum hampir sama dengan pengolahan tanah untuk padi gogo dan palawija lainnya (jagung, sorgum, kedele), yaitu antara lain agar tanah mempunyai aerasi yang baik. Jika tanah itu sebelumnya bea, pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pencangkulan/pembajakan pertama yaitu untuk menggemburkan tanah dan membasmi gulma (Purnomo, 2011).
Pengolahan kedua dilakukan seminggu kemudian, untuk lebih menggemburkan tanah, meratakan dan memberantas gulma yang tumbuh kemudian. Di samping itu dapat sekaligus membenamkan pupuk organic bagi tanah yang memerlukan. Biarkan tanah garapan selama 7-10 hari, utuk memberikan kesempatan agar bahan organic yang dibenamkan mulai melapuk. Jika turun hujan, perlu ada suplai air untuk mempermudah benih berkecambah (Anonimus, 2011c).
Jika sebelumnya ada tanaman lain, maka dapat dipertimbangkan pengolahan tanah secara minim (minimum tillage). Jarak tanam bermacam-macam, ukurannya tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan varietas (varietas yang kanopinya lebar, memerlukan jarak tanam lebih besar daripada yang kanopinya lebih kecil). Jarak tanam pada tanah yang subur bias lebih dipersempit, demikian pula jarak tanam yang subur bias lebih dipersempit, demikian pula jarak tanam pada musim kemarau lebih empit daripada musim hujan. Ukurannya 20 × 10 cm, 25 × 5 cm atau 30 × 10 cm. Jarak tanam sedang diteliti ; jarak tanam larikan, dengan jarak antar larikan 30 cm (Irwan, 2011)
Biologi Penyakit
Menurut Anonimus (2011c) klasifikasi karat daun gandum (Puccinia recondita) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Uredinales
Family : Uredinaceae
Genus : Puccinia
Species : Puccinia recondita
Bangsa Uridinales kebanyakan hidup sebagai parasit, terutama pada Gramineae, tetapi dapat juga menyerang lain-lain tumbuhan. Serangannya menimbulkan bercak-bercak berwarna coklat seperti karat, oleh sebab itu disebut jamur karat (Tjitrosoepomo, 2005)
Basidium oleh dinding-dinding melintang terbagi atas 4 sel. Miselium jamur ini hidup dalam ruang antar sel daun-daun tumbuhan inangnya, dan dengan haustorium menghisap zat-zat makanan yang diperlukan dari sel-sel yang berdekatan. Miselium tidak meluas ke seluruh bagian tumbuhan, melainkan hanya terdapat di sekiter tempat infeksi saja. Jamur-jamur ini tidak membentuk tubuh buah, tetapi menghasilkan bermacam-macam spora, yang terjadi pada tingkat-tingkat perkmbangan tertentu pada jamur ini (Yudiarti, 2007).
Ada pula jenis-jennis cendawan (puccinia sp) yang pikniosporanya dapat tumbuh menjadi mielium yang lunak dan meluas dalam ruang-ruang antar sel dan akhirnya dapat mengadakan kopulasi dengan lain miselium yang telah ada dalam daun tadi. (Tjitrosoepomo, 2005).
Hifa dari miselium sekitar 3,5 µ dengan diameter dan memperpanjang antara sel-sel tanaman, pengiriman kecil, bulat atau haustoria bercabang ke mereka untuk asorb bahan makanan. suatu massa hifa mengumpulkan epidermis dan, jika pada awal musim, berkembang menjadi sebuah uredosorus (uredium). dari dasar sorus jangka pendek, banyak, batang tegak timbul, dan uredospore yang berkembang pada akhir masing-masing. pertumbuhan dalam ukuran spora ini membuat uredospore masing-masing di oval, badan coklat, berukuran 25 sampai 30 * 17 sampai 20 µ, dan terdiri dari satu sel dengan dinding tebal, dilengkapi dengan echines menit untuk anchoring spora ke permukaan di mana ia jatuh. setiap uredospore prosseses empat kuman pori-pori di atasnya diatur dalam sebuah band khatulistiwa. kuman pori-pori selama perkecambahan spora (Pandey, 2008).

Gejala Serangan
Puccinia graminis tritici erikss dan henn, biasanya tidak muncul pada tanaman gandum sampai akhir musim. hal ini sering tidak terlihat sampai Maret di India utara, saat gandum berada dalam . Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores. pinggiran menonjol epidermis putih muncul di pinggiran dari pustula. kemudian teleutosori atau Telia berkembang. yang teleutospores sering diproduksi dalam sorus yang sama dengan uredospores, dan karena mereka dalam warna lebih gelap daripada yang kedua, seseorang dapat melihat pustul secara bertahap berubah dari coklat ke hitam sebagai uang muka musim. posisi (Telia) teleutosori mirip dengan yang uredosori (uredia), dan mereka menembus epidermis dengan cara yang sama, memperlihatkan sebuah blackbed dari teleutospores (Walker, 1957).
Setiap uredosorus terbentuk pada miselium terbatas. hifa dari miselium sekitar 3,5 dengan diameter dan memperpanjang antara sel-sel tanaman, pengiriman kecil, bulat atau haustoria bercabang ke mereka untuk asorb bahan makanan. suatu massa hifa mengumpulkan epidermis dan, jika pada awal musim, berkembang menjadi sebuah uredosorus (uredium). dari dasar sorus jangka pendek, banyak, batang tegak timbul, dan uredospore yang berkembang pada akhir masing-masing. pertumbuhan dalam ukuran spora ini membuat uredospore masing-masing di oval, badan coklat, berukuran 25 sampai 30 * 17 sampai 20, dan terdiri dari satu sel dengan dinding tebal, dilengkapi dengan echines menit untuk anchoring spora ke permukaan di mana ia jatuh. setiap uredospore prosseses empat kuman pori-pori di atasnya diatur dalam sebuah band khatulistiwa. kuman pori-pori selama perkecambahan spora (Hartmann, 1981).
Untuk mendapatkan kondisi yang sesuai kelembaban dan suhu bagi perkecambahan, uredospores germinste pada epidermis dari tuan rumah. ia mengirimkan sinyal berbentuk tabung kuman mampu deveoping menjadi miselium parasit baru dalam tanaman. tabung kuman sekon sering formet, tapi segera berhenti pertumbuhan. kuman-Yube tidak masuk secara langsung, tetapi ujung membengkak naik ke sebuah appressorium memanjang. (Annonimous, 2010b)
Faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit, sehingga memunculkan konsep-konsep tentang timbulnya suatu penyakit. Konsep yang pertama yaitu apabila suatu penyakit terjadi dan hanya disebabkan oleh tiga factor yaitu pathogen (P), inang (I), dan lingkungan (L), maka konsep tersebut disebut dengan konsep segitiga penyakit (Plant disease triangle). Sedangkan apabila factor penyebab terjadinya penyakit terdiri dari ketiga factor diatas dan ditambah factor manusia(M), maka konsepnya di sebut konsep segi empat penyakit (Plant diseas square) (Purnomo, 2011).
Inang adalah tanaman yang digunakan oleh penyakit sebagai tempat untuk berkembag biak, baik pada biji, sisa tanaman, dll. Pathogen yaitu bagaimana cara suatu pathogen tersebut mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memodifikasi organ-organ tubuhnya atau fungsi organ tubuhnya. Ligjungan yaitu tanpa adanya suatu kondisi linkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidakakan terjadi. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu perkecambahan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora sampai penyeberannya. Factor lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi diatas yaitu temperature, curah hujan, kelembapan udara, angin, dan lama serta intensitas cahaya (Yudiarti, 2007).

Pengendalian
1. Merubah kondisi lingkungan agar tidak disukai oleh pathogen, baik diluar inang yaitu lingkungan tumbuh maupun di dalam tubuh inang itu sendiri. Degan demikian kondisi lingkungan tersebut mendukung pertumbuhan inang akan tetapi tidak mendukung pertumbuhan pathogen (Yudiarti, 2007).
2. Buah ditangani dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya luka. Unutk mencegah terjadinya infeksi melaui luka potogan, tangkai buah dapat diobati dengan asam benzoate 10% dalam etanol, yang dilakukan paling lamba 5 jam setelah pemotongan buah (Semangun, 1994).
3. Dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis (Anonimus, b, 2011).
4. Pengurangan inokulum atau aktivitas pathogen penghasil penyakit atau parasit baik dalam bentuk aktif maupun dorman dengan satu atau banyak organisme yang dilakukan secara alami atau dengan cara memanipulasi lingkungan, inang, atau antagonis (Yudiarti, 2007).
5. Bibit ditaruh terbalik diatas tanaman nenas di lapang selama beberapa hari sebelum ditanam. Denga perlakuan ini diharapkan luka dapat menjadi sembuh, selain itu untuk menekan perkembangan C.paradoxa pada tangkai batang buuah nenas dapat dicegah dengan pemberian serbuk kalsium hipoklorida (Semangun, 1994).
6. Menghancurkan pathogen sebelum atau sesegera mungkin setelah pathogen menginvasi dan mencegah terjadinya kolonisasi dan sporulasi dengan fumigasi dan sterelisasi (Yudiarti, 2007).

PERMASALAHAN
Menurunkannya kualitas, banyak peneliti mengatakan bahwa terdapat batas kritis kehilangan air bahan yang menentukan terjadinya kelayuan. Kisaran batas kritis kehilangan air bahan adalah 7 – 10 persen. Bilamana batasan kritis ini telah tercapai, keadaan tersebut menyebabkan ruang antar sel melebar hingga sel satu dengan sel lainnya mulai terpisah. Akibat selanjutnya, komoditi panenan akan mengalami kelayuan yang menyebabkan pengurangan kualitas bahkan mungkin saja sudah tidak layak jual.
Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores.
Tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar. Faktor lingkungan itu adalah temperature, curah hujan, kelembapan, udara, angin, dan lamanya intensitas cahaya.
Tingginya jumlah populasi gandum yang terjangkit penyakit karat daun gandum (puccinia recondite) membuat para petani gandum kualahan menanganinya di tambah lagi dengan sulitnya mendapatkan insektisida pada penyakit tersebut dan tingginya harga menyebabkan lambannya penanggulangan terhadap penyakit tersebut, dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap para petani juga menjadi salah satu penyebab lambannya pananggulangan penyakit tersebut.

PEMBAHASAN
Pathogen penyebab penyakit dapat tumbuh baik atau tidak tergantung dengan kondisi lingkungannya, apakah lingkungan mendukung atau tidaknya perkembangan dan pertumbuhan pathogen atau inokulumnya pada inangnya sehingga untuk menekan terjadinya penyakit ini dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan agar tidak sesuai dengan lingkungan hidup pathogen. Hal ini sesuai dengan literatur Yudiarti (2007) yang menyatakan bahwa tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar.
Pengendalian penyakit karat daun gandum (Puccinia recondita) tidak hanya dengan menggunakan bahan kimia (insektisida), sesuai dangan literature semangun (1994) pengendalian penyakit karat daun gandum dapat dilakukan dengan merubah kondisi lingkungan agar tidak disukai oleh pathogen, baik diluar inang yaitu lingkungan tumbuh maupun di dalam tubuh inang itu sendiri. Degan demikian kondisi lingkungan tersebut mendukung pertumbuhan inang akan tetapi tidak mendukung pertumbuhan pathogen
Menurunnya kualitas tanaman gandum akibat terjangkit penyakit tersebut dapat di kurangi dengan mengatur waktu penanaman gandum. Hal ini sesuai dengan literatur Walker (1957) yang menyatakan bahwa Puccinia graminis biasanya tidak muncul pada tanaman gandum sampai akhir musim. hal ini sering tidak terlihat sampai Maret di India utara, saat gandum berada dalam . Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores. pinggiran menonjol epidermis putih muncul di pinggiran dari pustula. kemudian teleutosori atau Telia berkembang. yang teleutospores sering diproduksi dalam sorus yang sama dengan uredospores, dan karena mereka dalam warna lebih gelap daripada yang kedua, seseorang dapat melihat pustul secara bertahap berubah dari coklat ke hitam sebagai uang muka musim.
Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo (2011) yang menytakan bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit, sehingga memunculkan konsep-konsep tentang timbulnya suatu penyakit. Konsep yang pertama yaitu apabila suatu penyakit terjadi dan hanya disebabkan oleh tiga factor yaitu pathogen (P), inang (I), dan lingkungan (L), maka konsep tersebut disebut dengan konsep segitiga penyakit (Plant disease triangle). Sedangkan apabila factor penyebab terjadinya penyakit terdiri dari ketiga factor diatas dan ditambah factor manusia(M), maka konsepnya di sebut konsep segi empat penyakit (Plant diseas square).

KESIMPULAN
1. Gejala serangan bagian daun yang terinfeksi, pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores.
2. Pengendalian karat daun gandum dilakukan dengan cara kultural, memanipulasi lingkungan hidup pathogen dan pemanenan dengan hati-hati.
3. Pencegahan karat daun gandum dengan cara menghancurkan pathogen sebelum atau sesegera mungkin setelah patogen menginvasi dan mencegah terjadinya kolonisasi dan sporulasi dengan fumigasi dan sterelisasi pada lahan.
4. Pathogen penyebab penyakit dapat tumbuh baik atau tidak tergantung dengan kondisi lingkungannya, apakah lingkungan mendukung atau tidaknya perkembangan dan pertumbuhan pathogen atau inokulumnya pada inangnya sehingga untuk menekan terjadinya penyakit ini dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan agar tidak sesuai dengan lingkungan hidup pathogen.
5. Penurunnya kualitas tanaman gandum akibat terjangkit penyakit tersebut dapat di kurangi dengan mengatur waktu penanaman gandum.

Kamis, 07 April 2011

Paspalum comjugatum Berg
Rumput Pait
I.Sistematika Bahan
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Paspalum
Spesies : Paspalum conjugatum Berb
II. Pertelaan botani
Batang : Padat agak pipih, tingginya 20-75 cm, tidak berbulu, warnanya hijau bercorak ungu, tumbuhtegak berumpun, membentuk geragih yang bercababang-caban. Pada tiap buku yang bergeragih dapat membantuk akar dan batang baru; geragih merupakan saranaperkembang-biakan yang vegetative. Akar serabut, banyak dan halus, mencapai ke kedalaman ± 20 cm dalam tanah.
Daun : Helai daun berbentuk pita atau pita-lanset uungnya lancip, berbuu sepanjang tepinya dan permukaannya. Hekai daun palling atas sering rudimeter. Ungu daun berwarna hijau atau bercorak ungu, berbentuk lunas perahu yang sangat pipih, tepinya bebulu halus.
Lidah daun : Pendek, romping, berbulu halus, trasparant.
Perbungaan : Tandan (racemosa) hampir selalu tumbuh berhadapan di satu titik (conjugate) ; jarang sekali tandan ketiga di bawah nya. Tandan – tandan mula-mula tumbuh tegak dan rapat belakang-membelakangi , tapi kemudian terpisah satu sama lain, 3-15 cm panjangnya.
Sumbu dan susunan buliran : Bentuk sumbu sempit (1-1¼mm), tidak berbulu, sisi belakang berwarna hijau mengkilap, dibagian ujung menyampit dan mongering. Pada sumbu buliran tersusun dalam dua barisan seperti atap genteng dan sedikit bagian yang bertindihan.
Buliran : Sangat kecil (1¾-2 mm), berbentuk ellips lebar dengan ujung yang tumpul, sepanjang sisinya (G2) terdapat bulu-bulu halus yang panjang, warnanya hijau sangat pucat, bertangkai pendek ¼-¾ mm, benang sari berwarna kuning cerah sedangkan putik berwarna putih atau kekuning-kuningan.
III. Penyebaran dan Status
Merupakan gulma umum yang dominan di perkebunan karet areal pembibitan, TBM dan TM baik pada tanah rendahan maupun tanah tinggoi, terdapat di semua daerah ekologi karet Sumatera Utara dan Aceh. Lebih dominan pada areal TBM; pada areal TM tumbuh lebih jarang karena pengaruh naungan.
Tumbuhan ini berasal dari amerika tropic telah lama megalami naturalisasi di pulau jawa, tumbuh pada lokasi yang tidak terlalukering tapi juga tidak terlalu basah (becek) , dengan cahaya matahari cukup atau sadikit ternaung, pada ketingian 0-1700 m diatas muka laut.
Di perkebunan karet P. conjugatum termasuk gulma yang penting karena tumbuhan dominan dan menimbulkan efek persaingan dengan tanaman karet dan tanaman penutup tanah kacangan. Namun pada tanah miring, P.conjugatum bermanfaat untuk mengurangi erosi tanah .
Selain sebagai gulma di perkebunan karet P.conjugatum merupakan gulma di perkebunan kelapa sawit, coklat, teh, kelapa, buah-buahan dan pekarangan. Bermanfaat untuk makanan ternak.
IV. Cara Pengendalian Gulma
Pengendalian mekanik yaitu pengendalian secara manual dengan cara pembabatan atau pemangkasan pada gulma. Pengendalian biologi yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain berupa binatang ataupun tumbuhan berdarajat rendah hingga berderajat tinggi, misalnya cendawan, bakteri, binatang (ternak). Pengendalian kimiawi yaitu penyemprotan herbisida sesuai dosis yang dianjurkan.
V. Daftar Pustaka
Anonimus.2010.Gulma.http://www.Plantamor.com/Pengendalian Gulma.Diakses pada tanggal 16 Maret 2010
pukul 20.01 WIB.
Nasution, U.1984.GULMA DAN PENGENDALIANNYA DI PERKEBUNAN KARET SUMATERA UTARA
DAN ACEH. Pusat penelitian & Perkebunan Tanjung Morawa(P4Tm):Tanjung Morawa.
Steenis,V.1972.Flora.PT.Pradya Paramita:Jakarta
Disusun oleh


(Jhonson A Simamora)
NIM: 100301227

Sabtu, 05 Maret 2011

laporan lab DPT

HAMA KEPIK COKLAT (Riptortus linearis Fabr) (Hemiptera:Coreidae) PADA TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus aureus)

LAPORAN

OLEH :
JHONSON A SIMAMORA
100301227
AGROEKOTEKNOLOGI
GROUP II





LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SUB-HAMA
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011


HAMA KEPIK COKLAT (Riptortus linearis Fabr) (Hemiptera: Coreidae) PADA TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus aureus)

LAPORAN

OLEH :
JHONSON A SIMAMORA
100301227
AGROEKOTEKNOLOGI
GROUP II

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan

Ditugaskan Oleh,
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium


(Ir. Marheni, MP)
NIP. 19650724198032001

Disetujui Oleh
Asisten Koordinator




(Ruomenson D.J. Bakara)
NIM. 080302037 Diperiksa Oleh,
Asisten Korektor




(Dewi Lasmaida Sidauruk)
NIM. 080302031

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SUB-HAMA
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan YME, berkat rahmatnyalah laporan ini dapat diselesaikan.
Laporan ini berisi tentang hama kepik coklat pada kacang hijau. Hama kepik coklat selama ini sangat memberikan kerungian besar bagi para petani. Oleh karena itu, laporan ini membahas cara melakukan pengendalian yang baik dan benar terhadap hama kepik coklat pada kacang hijau. Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan juga dapat sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Pendapat dan saran sangat diharapkan untuk mendekati kesempurnaan, di karenakan kesempurnaan itu hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, Maret 2011
Penulis,

(Jhonson A Simamora)






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 3
Kegunaan Penulisan 5
Tujuan Penulisan 5
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 6
Biologi Hama 9
Gejala Serangan 11
Pengendalian 11
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN








PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perlindungan tanaman adalah kegiatan yang bertujuan untuk melindungi, mencegah, atau menghindari agar tanaman kita tidak menderita suatu gangguan, kerusakan, kematian, atau kemerosotan hasilnya, sekurang-kurangnya memperkecil kerugian yang ditimbulkan secara ekonomis. Jadi perlindungan tanaman ini merupakan alat penunjang yang sangat penting dari “ sistem produksi dan usaha tani tanaman”.
Kepik coklat ( Riptortus linearis Fabr) bukan merupakan serangga yang berguna melainkan sebagai hama yang dapat merusak tanaman kacang hijau (Phaseolus aureus ). Cara merusaknya adalah dengan menusuk kulit polong dan selanjutnya menghisap cairan biji sehingga polong dan biji kempis, polong gugur, bijij keriput, hitam membusuk, berbecak hitam, dan berlubang sehingga menyebabkan daya tumbuh biji berkurang.
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi dan jagung. Selama periode 2005-2008, produksi kedelai di Indonesia 593-808 ribu ton, sedangkan kebutuhan konsumsinya lebih-kurang 9 kg/kapita/tahun, sehingga pada tahun 2007 harus mengimpor 1,3 juta ton. Berdasarkan posisi produksi kedelai tahun 2009 lebih-kurang 1 juta ton, maka pada tahun 2014 pemerintah mencanangkan swasembada kedelai dengan target produksi 2,7 juta ton. Target swasembada kedelai ini berpotensi tercapai, antara lain karena a) petani mulai bergairah kembali bertanam kedelai, mengingat harga kedelai yang tinggi, Rp 6-8 ribu/kg, b) tersedianya teknologi tepat guna, termasuk 64 varietas unggul baru kedelai yang produktivitasnya 2,0-2,5 ton/ha, dan c) adanya dukungan pemerintah, terutama program perluasan lahan baru 2 juta ha dan penyediaan pupuk sesuai kebutuhan selama 5 tahun. Tercapainya target swasembada kedelai ini diharapkan dapat memenuhi permintaan dalam negeri dan mengurangi impor kedelai.
Salah satu masalah dalam upaya meningkatkan produksi kedelai adalah serangan hama. Ada 111 jenis serangga hama kedelai di Indonesia, salah satu di antaranya adalah kepik coklat, Riptortus linearis (F.) (Heteroptera: Alydidae). Hama pengisap polong iniberstatus penting karena dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 80%, bahkan puso bila tidak dikendalikan Untuk mengatasi masalah hama, umumnya petani menggunakan insektisida secara berlebihan, sehingga berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain musnahnya musuh alami dan munculnya gejala resistensi hama terhadap insektisida. Oleh karena itu, upaya pengendalian hama harus didasarkan atas konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penggunaan insektisida dibenarkan bila dari segi ekonomi, manfaat yang diperoleh sekurang-kurangnya sama dengan biaya pengendalian hama, dan dari segi ekologi, bila komponen ekosistem, baik fisik maupun biologis, tidak mampu menekan populasi hama dan mempertahankannya pada tingkat keseimbangan rendah. Kedua dasar penggunaan insektisida tersebut melahirkan gagasan tentang konsep ambang ekonomi (economic threshold).
Bagian yang bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai isi onde – onde, bakpau, atau gandas turi. Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan dikawasn Asia Timur dan Asia Tenggara dan dikenal sebagai tauge.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hama kepik coklat (Riptortus linearis Fabr ) pada tanaman kacang hijau (Phaseolus aureus ).

Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaaan penulisan ini adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.














TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Leguminales
Family : Leguminaceae
Genus : Phaseoulus
Spesies : Phaseoulus aureus
(www.plantamor.com , 2011)
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman separuh tegak dengan ketinggian 0.5-1 m dengan cabang banyak yang ditutupi bulu pendek kecoklatan dan daun beranak daun tiga yang mirip dengan daun kacang tunggak. Bunga membuah sendiri, menghasilkan polong sepanjang 5-10 cm dan diameter 0.5 cm yang matang dalam waktu 20 hari setelah berbunga. Polong umumnya mengandung sedikitnya 10 biji kecil lonjong hingga bundar, berwarna hiaju tua kekuningan atau kuning : tanaman tertentu menghasilkan biji coklat atau hitam. ( Purseglove, 1987)
Bagian dari tanaman kacang hijau antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Adapun deskripsi masing-masing bagian tanaman tersebut dijelaskan sebagai berikut:


a. Akar
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes(mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar) danxerophytes (memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah).
b. Batang
Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecualipada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m. Cabang tanaman kacang hijau menyebar ke semua arah.
c. Daun
Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Letak daun berseling. Tangkai daun lebih panjang dari pada daunnya sendiri.
d. Bunga
Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu.


e. Buah
Buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kehitaman atau kecokelatan. Polongnya mempunyai rambut-rambut pendek atau berbulu.
f. Biji
Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5-0,8 mg. Kulitnya hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau tauge.
Tanaman kacang hijau membutuhkan air sebanyak 288 mm/musim atau evaporasi 3,6 mm/hari. Kebutuhan air tanaman kacang hijau relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman legum lainnya. pH tanah yang ideal untuk pertumbuhan kacang hijau adalah lahan dengan pH tanah sekitar 5,8 serta mengandung banyak bahan organik. Selain pH, suhu juga mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau. Suhu yang optimum berkisar antara C, maka tanaman kacang hijau sesuai untuk dataran rendah hingga ketinggian mencapai 500 mdpl. Namun, tanaman ini cukup toleran terhadap cuaca yang kering serta dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang kisaran curah hujan sekitar 700 -900 mm / tahun. ( Rubatzky, dkk, 1997).




Biologi Hama
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Coreoidae
Genus : Riptortus
Spesies : Riptortus linearis Fabr
(http://www.google/kepikcoklat/org.com)
Imago kepik coklat memiliki bentuk seperti walang sangit dengan ciri khas, yakni adanya duri-duri (spiny) pada paha belakang dan garis putih-kekuningan pada bagian lateral dari tubuhnya. Panjang tubuh imago betina 13-14 mm dan imago jantan 11-13 mm. Abdomen imago betina membesar dan menggembung, sedangkan abdomen imago jantan meramping. Umur imago 4-47 hari. Seekor imago betina memproduksi telur rata-rata 70 butir dalam 14 hari. Telur berwarna coklat tua, berbentuk silindris dengan bagian tengah agak cekung. Telur diletakkan secara berkelompok dalam dua deretan pada permukaan bawah daun dengan 3-5 butir/kelompok. Telur menetas setelah berumur seminggu. Nimfa berlangsung 19 hari, terdiri atas lima instar. Nimfa muda (instar I-III) mirip semut. Nimfa instar I berwarna kemerah-merahan hingga coklat kekuning-kuningan, umurnya 1-3 hari dan panjang badannya 2,6 mm. Nimfa instar II berwarna coklat kekuning-kuningan hingga coklat tua, umurnya 2-4 hari dan panjang badannya 3,4 mm. Nimfa instar III berwarna kemerah-merahan hingga coklat, umurnya 2-6 hari dan panjang badannya 6,0 mm. Nimfa instar IV berwarna kemerah-merahan hingga hitam agak abu-abu, umurnya 5-8 hari dan panjang badannya 9,9 mm. Perkembangan dari telur sampai imago berlangsung 29 hari. Kepik coklat tersebar luas di Asia Tenggara. Selain kedelai, tanaman inang kepik coklat juga berbagai jenis kacang-kacangan, seperti Tephrosia spp, Acacia villosa, dadap, Desmodium spp., Solanaceae, Convolvulaceae, dan Crotalaria spp.
Imago dan nimfa merusak polong dan biji. Caranya dengan menusukkan stiletnya ke kulit polong hingga mencapai biji kemudian mengisap cairan biji tersebut. Serangan pada polong muda menyebabkan biji mengerut dan menyebabkan polong gugur. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong menyebabkan biji dan polong kempis kemudian mengering. Serangan pada fase pengisian biji menyebabkan biji hitam dan busuk, dan serangan pada polong tua dan biji-bijian telah mengisi penuh menyebabkan kualitas biji turun oleh adanya bintik-bintik hitam pada biji atau kulit biji menjadi keriput.
(http://muhammadarifindrprof/insektisidabiorasionaluntuk.org , 2011)
Daur hidup kepik coklat tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata lain melalui tahap : telur nimfa dewasa. ( http://kesehatanlingkungansby/kepikcokelat.com , 2011)


Gejala serangan
Gejala serangan kepik coklat (Riptortus linearis Fabr ) pada tanaman kacang hijau ( Phaseoulus adalah dengan cara menghisap polong tanaman kacang hijau sehingga menyebabkan polong menjadi kempis dan mati. Daun yang diserang banyak terdapat lubang-lubangnya. Jika yang diserang batangnya maka tanaman bisa menjadi mati dan apabila hama ini tidak dikendalikan akan menyebabkan penurunan produksi kacang hijau.(Pracaya,2007)
Pengendalian
Ada empat strategi yang dapat dikembangkan untuk menurunkan status hama kepik coklat ke tingkat yang dapat ditoleransikan, yakni :
1. Strategi tanpa pengendalian
Dalam suatu agroekosistem, apabila komponen penyusunnya tidak mengalami perubahan permanen, maka populasi hama cenderung berfluktuasi dalam keadaan seimbang karena diatur, antara lain oleh musuh alami. Dalam ekosistem yang seimbang tersebut, populasi hama berada jauh di bawah AE sehingga strategi yang diterapkan adalah tidak melakukan tindakan pengendalian.
2. Strategi menurunkan populasi hama
Strategi ini diterapkan untuk dua situasi. Pertama, bila berdasarkan pengalaman, populasi kepik coklat akan melampaui AE, maka untuk tujuan preventif, sebelum tanam harus dilakukan rotasi tanaman, pemusnahan inang alternatif, perubahan waktu tanam, atau tindakan lain yang merubah lingkungan menjadi tidak disukai kepik coklat. Kedua, bila secara normal, populasi kepik coklat akan berada di atas AE sepanjang musim, maka untuk tujuan kuratif, harus disiapkan tindakan menurunkan populasi hama secara drastis. Ini dapat dilakukan dengan cara a) mengganti lingkungan sehingga menjadi kurang menguntungkan bagi hama, b) melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian atau menghambat reproduksi, antara lain dengan insektisida kimia atau insektisida biorasional.
3. Strategi mengurangi kerentanan tanaman terhadap hama
Upaya mengurangi kerentanan tanaman terhadap hama merupakan strategi yang efektif, ekonomis, dan aman lingkungan. Strategi ini tidak mengurangi populasi hama secara langsung, tetapi sangat berarti karena tanaman dapat menolak atau mentolerir hama. Upaya ini dapat disertai dengan meningkatkan vigor tanaman melalui pengairan tepat waktu dan pemupukan. Sampai saat ini, varietas kedelai tahan kepik coklat belum ditemukan. Perakitan varietas tahan dengan tetua galur-galur IAC-100 dan IAC-80-596-2 yang memiliki sifat antixenosis diharapkan dapat mengurangi kerentanan tanaman terhadap kepik coklat.
4. Strategi kombinasi upaya penurunan populasi hama dan kerentanan tanaman
Upaya mengkombinasikan beberapa teknik yang cocok untuk mengendalikan hama merupakan pendekatan yang menguntungkan karena jika satu teknik gagal, teknik lainnya dapat membantu mengendalikan hama.
Teknik Pengendalian
Ada beberapa teknik pengendalian yang dapat digunakan secara terpadu untuk menurunkan status hama kepik coklat yaitu :
1. Pengendalian fisik
Teknik pengendalian ini bertujuan mengurangi populasi hama dengan cara mengganggu fisiologi serangga atau mengubah lingkungan menjadi kurang sesuai bagi hama. Contoh, menjumputi kelompok telur serta menangkap nimfa dan imago dengan jaring serangga kemudian membinasakannya.
2. Pengendalian mekanis
Teknik pengendalian ini dilakukan dengan cara menjerat hama ini lalu mematikannya agar hama ini tidak mengganggu tanaman kacang hijau.
3. Pengendalian dengan kultur teknis
Teknik pengendalian ini adalah suatu usaha memanipulasi agroekosistem untuk membuat lingkungan pertanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembang-biakan hama, serta menyediakan habitat bagi organisme menguntungkan. Beberapa teknik budidaya, antara lain:
i. Pergiliran tanaman untuk memutus rantai makanan bagi hama. Misalnya, pergiliran tanaman kedelai dengan jagung atau padi yang dapat mengatasi masalah hama karena masing-masing memiliki kompleks hama berbeda.
ii. Penanaman dalam barisan (strip cropping). Misalnya, menanam kedelai dan jagung secara berselang-seling pada petak berbeda. Teknik ini dapat meningkatkan keragaman sehingga tanaman inang tersamarkan dari serangan hama. Selain itu, tanaman dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan sumber pakan bagi organisme berguna.
iii. Penanaman varietas hasil perakitan galur-galur IAC-100 dan IAC-80-596-2 yang memiliki sifat antixenosis berupa ketebalan kulit polong dan kerapatan trikoma yang dapat mengurangi banyaknya luka tusukan stilet kepik coklat dan kepik pengisap polong lainnya .
iv. Penanaman tanaman perangkap, yakni kacang hijau varietas Merak dan Sesbania rostrata yang dikombinasikan dengan insektisida deltametrin untuk kepik coklat dan pengisap polong lainnya.
4. Pengendalian hayati.
Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen serangga) untuk mempertahankan populasi hama di bawah tingkat yang merugikan tanaman. Musuh alami akan bekerja baik dalam mengendalikan hama apabila ekosistem tidak terganggu, terutama oleh penggunaan pestisida secara berlebihan. Pemanfaatan musuh alami kepik coklat dapat dilakukan melalui dua cara, yakni:
a. konservasi musuh alami, misalnya parasitoid telur, Gryon nigricorne serta predator telur, Dolichoderus sp.,Solenopsis geminata, dan Paederus sp.
b. augmentasi melalui perbanyakan dan aplikasi beberapa jamur patogen serangga, seperti Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, dan Verticillium lecanii.
5. Insektisida
Insektisida kimia merupakan pilihan terakhir dalam usaha mengendalikan hama karena berpotensi menimbulkan dampak negatif. Insektisida harus digunakan sesuai kebutuhan, pada waktu spesifik dalam siklus hidup hama, dan bila cara lain, seperti pengendalian hayati atau teknik budidaya, gagal menjaga populasi hama pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi. Insektisida tersebut selain efektif, juga harus selektif terhadap satu atau beberapa jenis hama saja, dan residunya berumur pendek. Beberapa jenis insektisida kimia yang dianjurkan untuk mengendalikan kepik coklat, antara lain deltametrin dan klorpirifos karena masing-masing mampu mempertahankan hasil panen 61,6% dan 45,3% .

















PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
Permasalahan
Dalam penanaman kacang hijau, terdapat permasalahan, yaitu adanya jasad pengganggu yang berupa hama. Hama yang biasanya terdapat di kacang hijau biasanya adalah kepik coklat. Kepik coklat dapat menyebabkan kerugian besar bagi petani.Kerusakan tanaman kacang hijau oleh kepik cokelat dapat terjadi secara langsung akibat penghisapan hasil fotosintesa yang mengakibatkan penurunan kapasitas produksi. Dikarenakan besarnya kerugian yang ditimbulkan kepik coklat, biasanya petani langsung melakukan pengendalian hama menggunakan cara kimiawi, yaitu memberikan insektisida. Sebenarnya, hal ini dapat membahayakan kualitas kesehatan produksi padi yang dihasilkan.

Pembahasan
Petani disarankan untuk menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara baik dan benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap dan Tjahjono(1991) bahwa “PHT dilakukan secara berurut, yaitu melalui cara kultur teknis dahulu, kemudian melalui cara fisik dan mekanik, kemudian melalui pengendalian biologi, jika tidak bisa menekan populasi wereng batang coklat juga, baru kemudian digunakan insektisida. Itupun insektisida yang sudah disahkan oleh pemerintah”.




KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Metamorfosis Riptortus linearis Fabr termasuk tidak sempurna atau bertingkat yang disebut paurometabola.
2. Kerusakkan tanaman kacang hijau dapat kerusakan langsung akibat kepik coklat menghisap cairan tanaman polong kacang hijau.
3. Untuk memutuskan siklus hidup kepik coklat dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, minimal menanam satu kali tanaman non-kacang hijau.
4. Pemanfaatan musuh alami kepik coklat dapat dilakukan melalui dua cara, yakni a) konservasi musuh alami, misalnya parasitoid telur, Gryon nigricorne serta predator telur, Dolichoderus sp.,Solenopsis geminata, dan Paederus sp. dan b) augmentasi melalui perbanyakan dan aplikasi beberapa jamur patogen serangga, seperti Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, dan Verticillium lecanii.
5. Gejala serang kepik coklat (Riptortus linearis Fabr ) pada tanaman kacang hijau ( Phaseoulus adalah dengan cara menghisap polong tanaman kacang hijau sehingga menyebabkan polong menjadi kempis dan mati.
Saran
Pengendalian hama kepik coklat ( Riptortus linearis Fabr ) yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutuskan siklus hidup kepik coklat. Dengan cara melakukan minimal menanam satu kali tanaman non-kacang hijau.




DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin.1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara : Padang
http://www.google/kepikcoklat/org.com diakses pada tanggal 01 Maret 2011
http://muhammadarifindrprof/insektisidabiorasionaluntuk.org
diakses pada tanggal 01 Maret 2011
http://kesehatanlingkungansby/kepikcokelat.com diakses pada tanggal
01 Maret 2011
http://www.plantamor.com/index.php?plant=926 diakses pada 01 Maret 2011
pukul 20.00
Purseglove, J W. 1987. Tropical Crops Dicotyledons. Copublished in the United
States : New York
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya : Jakarta
Rubatzky, dkk. 1997. Sayuran Dunia. Penerbit ITB : Bandung