Jumat, 20 Mei 2011

LAPORAN DPT SUB PENYAKIT "PENYAKIT KARAT DAUN GANDUM (Puccinia recondita)

PENYAKIT KARAT DAUN GANDUM (Puccinia recondita) PADA
TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L)

LAPORAN
OLEH:
JHONSON A SIMAMORA
100301227
AET III / V










LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

PENYAKIT KARAT DAUN GANDUM (Puccinia recondita) PADA
TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L)

LAPORAN
OLEH:
JHONSON A SIMAMORA
100301227
AET III / V

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub- Penyakit
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


Disetujui Oleh :
Dosen Penanggungjawab Laboratorium


(Ir. Lahmuddin Lubis, MP.)
NIP.195511211981031002

Diketahui Oleh Diperiksa Oleh
Assisten Koordinator Assisten Korektor


(Hardian Pirliza Ramadhani) (Fadillah Subhan)
NIM.070302033 NIM.070302049






LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Penyakit Karat Daun (Puccinia recondita) Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para dosen mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman yaitu Ir. Lahmuddin Lubis, MP, Ir. Iskandar Pinem, M. Agr, Ir. Marheni, MP, dan Ir. Mena Uly Tarigan, MS serta kepada seluruh asisten yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan, Mei 2011

Penulis

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah dari tanaman gandum dimulai dari masyarakat prasejarah yang sudah mengenal sifat-sifat gandum dan tanaman biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan dan sumber pangan bagi mereka. Berdasarkan penggalian arkeolog, diperkirakan gandum berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak 2700 SM (Anonimous, 2011a).
Secra morfologi, biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ) . Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras (Anonimous, 2011a).
Tanaman gandum termasuk tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping satu sehingga tipe perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman gandum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami sebab letak bunga jantan dan bunga betina tidak terpisah tetap dalam satu tempat. Karena tanaman sorgum menyerbuk sendiri sehingga penyerbukannya juga dilakukan dengan bantuan angin atau biasa disebut dengan Anemogami (Tjitrosoepomo, 2005).
Di Indonesia tanaman gandum hanya terbatas ditanam di dataran tinggi dan pegunungan, pada areal yang tidak begitu luas. Bercocock tanam tanaman gandum masih dilakukan dengan carayang sederhana seperti untuk padi gogo. Di daerah iklim sedang, gadum di tanam pada musim dingin (winter) dan musim semi (spring). Gandum yang ditanam di Indonesia adalah dari jenis gndum musim semi yang diintroduksi dari Jepang, Filipina dan Meksiko. Gandum musim dingin umumnya termasuk golongan tanaman berhari panjang (long day plant), yang tidak mungkin dapat berproduksi di daerah tropis (Irwan, 2011).

Tujuan Penulisan
- Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui penyebab Penyakit Karat Daun Gandum (Puccinia recondita) Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L)

Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah syarat untuk dapat mengikuti praktikal di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Anonimus (2011c) klasifikasi tanaman gandum adalah sebagai berikut:
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Triticum
Spesies : Triticum aestivum L.
Gandum memiliki dua jenis akar, yang mani (biji) akar dan akar yang memulai setelah perkecambahan, (mahkota atau adventif) nodal akar. Pada perkecambahan, semburan akar primer melalui coleorhiza, diikuti dengan munculnya empat atau lima akar mani lateral. Ini membentuk sistem akar mani, yang dapat tumbuh sampai 2 m di kedalaman dan mendukung tanaman hingga akar nodal muncul. Akar Nodal berhubungan dengan pengembangan anakan dan biasanya pertama kali terlihat ketika daun keempat mulai muncul dan anakan. Dibandingkan dengan akar mani, mereka lebih tebal dan muncul kurang lebih horizontal, ketika mereka pertama kali muncul mereka putih dan mengkilap (panggung 'akar putih'). Nodal akar terjadi pada 3-7 node lebih rendah (tergantung pada kondisi lingkungan dan jumlah daun pada akhir tunas). Node paling atas yang akar terjadi, di dasar bambu, mungkin di atas permukaan tanah, dan akar tidak dapat menembus tanah, tetapi muncul sebagai pasak pendek menonjol dari batang. Pada saat jatuh tempo, sistem akar meluas ke antara 1 dan 2 m dalam atau lebih tergantung pada kondisi tanah. Kebanyakan akar terjadi dalam 30 cm atas tanah (Walker, 1957).
Batang gandum; Terminal 4-7 ruas tunas yang memanjang untuk membentuk batang berbunga atau batang, dan perpanjangan ruas selesai pada saat bunga mekar. Peningkatan ruas panjang akhir dari pangkal batang ke ruas paling atas, yang membawa telinga, atau batang (Gambar 2.1). Para ruas basal lebih pendek daripada sarung melampirkan daun subtending, sedangkan batang dan ruas kedua dari belakang lebih panjang dari selubung melampirkan, mengungkapkan panjang batang telanjang dan membawa telinga muncul jelas dari sarungnya. Kadang-kadang, dalam kondisi lingkungan stress, perpanjangan ruas dibatasi dan telinga sebagian tetap tertutup di selubung daun bendera. Itu, kuat selubung menebal daun batang secara struktural penting untuk kekuatan batang dan kekakuan, dan simpul atau pulvinus merupakan instrumen dalam melaksanakan telinga tinggi-tinggi jika tanaman diajukan (diletakkan datar biasanya oleh angin atau hujan) (Singh, 2001).
Setiap daun gandum terdiri dari sarungnya, membungkus sekeliling daun subtending, dan lamina (blade). Di persimpangan selubung dan lamina, ada struktur membran, ligule, dan sepasang kecil, proyeksi berbulu, yang auricles. Dasar daun pada batang yang tebal untuk membentuk simpul keras atau pulvinus. Daun dibagi di ligule menjadi selubung silinder dan pisau datar atau lamina. Selubung berbentuk tabung di dasar, tapi lebih dekat kepada pisau itu terbagi dan margin tumpang tindih. Lamina memiliki pelepah cukup baik-ditandai, sepanjang yang menjalankan vascular bundle utama daun. Ini membagi pisau menjadi dua bagian hampir sama, masing-masing memiliki sejumlah rusuk lateral paralel atau vena. Setiap vena menandai posisi dari bundel vaskuler, dan jaringan selama bundel dinaikkan menghasilkan punggungan sehingga permukaan bawah daun pisau yang bergelombang. Permukaan abaxial lebih atau kurang datar. Pelepah memperluas ke dalam sarung untuk jarak pendek sebagai punggungan diucapkan. Pisau daun alami mengasumsikan twist, dan tepat di bawah ujung, biasanya sekitar dua pertiga di sepanjang daun, ada sebuah penyempitan sering. Penyempitan ini diproduksi oleh kendala pada tingkat pertumbuhan yang dihasilkan oleh investasi ligule erat daun subtending selama pengembangan. Ligule adalah flap berwarna tipis dari jaringan sekitar 1 sampai 2 mm, yang mengelilingi daun atau batang di atasnya dari tempat pisau menyimpang. Terkait dengan ligule ini adalah auricles, dua proyeksi earlike kecil dibatasi dengan rambut uniseluler (Djafaruddin, 2008)

Syarat Tumbuh
Iklim
Gandum tumbuh dari subtropis, irigasi ke daerah tinggi jatuh hujan-kering dan dan dari hangat, lembab kering, lingkungan dingin. Tidak diragukan lagi, ini adaptasi luas telah dimungkinkan karena dengan sifat kompleks genom tanaman, yang memberikan plastisitas besar untuk tanaman. Gandum adalah tanaman C3 dan karena itu tumbuh subur di lingkungan dingin. Banyak telah ditulis tentang, fisiologi pertumbuhan dan perkembangannya, yang pada saat ini cukup baik dipahami (Yudiarti, 2007).
Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman gandum hampir sama dengan pengolahan tanah untuk padi gogo dan palawija lainnya (jagung, sorgum, kedele), yaitu antara lain agar tanah mempunyai aerasi yang baik. Jika tanah itu sebelumnya bea, pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pencangkulan/pembajakan pertama yaitu untuk menggemburkan tanah dan membasmi gulma (Purnomo, 2011).
Pengolahan kedua dilakukan seminggu kemudian, untuk lebih menggemburkan tanah, meratakan dan memberantas gulma yang tumbuh kemudian. Di samping itu dapat sekaligus membenamkan pupuk organic bagi tanah yang memerlukan. Biarkan tanah garapan selama 7-10 hari, utuk memberikan kesempatan agar bahan organic yang dibenamkan mulai melapuk. Jika turun hujan, perlu ada suplai air untuk mempermudah benih berkecambah (Anonimus, 2011c).
Jika sebelumnya ada tanaman lain, maka dapat dipertimbangkan pengolahan tanah secara minim (minimum tillage). Jarak tanam bermacam-macam, ukurannya tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan varietas (varietas yang kanopinya lebar, memerlukan jarak tanam lebih besar daripada yang kanopinya lebih kecil). Jarak tanam pada tanah yang subur bias lebih dipersempit, demikian pula jarak tanam yang subur bias lebih dipersempit, demikian pula jarak tanam pada musim kemarau lebih empit daripada musim hujan. Ukurannya 20 × 10 cm, 25 × 5 cm atau 30 × 10 cm. Jarak tanam sedang diteliti ; jarak tanam larikan, dengan jarak antar larikan 30 cm (Irwan, 2011)
Biologi Penyakit
Menurut Anonimus (2011c) klasifikasi karat daun gandum (Puccinia recondita) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Uredinales
Family : Uredinaceae
Genus : Puccinia
Species : Puccinia recondita
Bangsa Uridinales kebanyakan hidup sebagai parasit, terutama pada Gramineae, tetapi dapat juga menyerang lain-lain tumbuhan. Serangannya menimbulkan bercak-bercak berwarna coklat seperti karat, oleh sebab itu disebut jamur karat (Tjitrosoepomo, 2005)
Basidium oleh dinding-dinding melintang terbagi atas 4 sel. Miselium jamur ini hidup dalam ruang antar sel daun-daun tumbuhan inangnya, dan dengan haustorium menghisap zat-zat makanan yang diperlukan dari sel-sel yang berdekatan. Miselium tidak meluas ke seluruh bagian tumbuhan, melainkan hanya terdapat di sekiter tempat infeksi saja. Jamur-jamur ini tidak membentuk tubuh buah, tetapi menghasilkan bermacam-macam spora, yang terjadi pada tingkat-tingkat perkmbangan tertentu pada jamur ini (Yudiarti, 2007).
Ada pula jenis-jennis cendawan (puccinia sp) yang pikniosporanya dapat tumbuh menjadi mielium yang lunak dan meluas dalam ruang-ruang antar sel dan akhirnya dapat mengadakan kopulasi dengan lain miselium yang telah ada dalam daun tadi. (Tjitrosoepomo, 2005).
Hifa dari miselium sekitar 3,5 µ dengan diameter dan memperpanjang antara sel-sel tanaman, pengiriman kecil, bulat atau haustoria bercabang ke mereka untuk asorb bahan makanan. suatu massa hifa mengumpulkan epidermis dan, jika pada awal musim, berkembang menjadi sebuah uredosorus (uredium). dari dasar sorus jangka pendek, banyak, batang tegak timbul, dan uredospore yang berkembang pada akhir masing-masing. pertumbuhan dalam ukuran spora ini membuat uredospore masing-masing di oval, badan coklat, berukuran 25 sampai 30 * 17 sampai 20 µ, dan terdiri dari satu sel dengan dinding tebal, dilengkapi dengan echines menit untuk anchoring spora ke permukaan di mana ia jatuh. setiap uredospore prosseses empat kuman pori-pori di atasnya diatur dalam sebuah band khatulistiwa. kuman pori-pori selama perkecambahan spora (Pandey, 2008).

Gejala Serangan
Puccinia graminis tritici erikss dan henn, biasanya tidak muncul pada tanaman gandum sampai akhir musim. hal ini sering tidak terlihat sampai Maret di India utara, saat gandum berada dalam . Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores. pinggiran menonjol epidermis putih muncul di pinggiran dari pustula. kemudian teleutosori atau Telia berkembang. yang teleutospores sering diproduksi dalam sorus yang sama dengan uredospores, dan karena mereka dalam warna lebih gelap daripada yang kedua, seseorang dapat melihat pustul secara bertahap berubah dari coklat ke hitam sebagai uang muka musim. posisi (Telia) teleutosori mirip dengan yang uredosori (uredia), dan mereka menembus epidermis dengan cara yang sama, memperlihatkan sebuah blackbed dari teleutospores (Walker, 1957).
Setiap uredosorus terbentuk pada miselium terbatas. hifa dari miselium sekitar 3,5 dengan diameter dan memperpanjang antara sel-sel tanaman, pengiriman kecil, bulat atau haustoria bercabang ke mereka untuk asorb bahan makanan. suatu massa hifa mengumpulkan epidermis dan, jika pada awal musim, berkembang menjadi sebuah uredosorus (uredium). dari dasar sorus jangka pendek, banyak, batang tegak timbul, dan uredospore yang berkembang pada akhir masing-masing. pertumbuhan dalam ukuran spora ini membuat uredospore masing-masing di oval, badan coklat, berukuran 25 sampai 30 * 17 sampai 20, dan terdiri dari satu sel dengan dinding tebal, dilengkapi dengan echines menit untuk anchoring spora ke permukaan di mana ia jatuh. setiap uredospore prosseses empat kuman pori-pori di atasnya diatur dalam sebuah band khatulistiwa. kuman pori-pori selama perkecambahan spora (Hartmann, 1981).
Untuk mendapatkan kondisi yang sesuai kelembaban dan suhu bagi perkecambahan, uredospores germinste pada epidermis dari tuan rumah. ia mengirimkan sinyal berbentuk tabung kuman mampu deveoping menjadi miselium parasit baru dalam tanaman. tabung kuman sekon sering formet, tapi segera berhenti pertumbuhan. kuman-Yube tidak masuk secara langsung, tetapi ujung membengkak naik ke sebuah appressorium memanjang. (Annonimous, 2010b)
Faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit, sehingga memunculkan konsep-konsep tentang timbulnya suatu penyakit. Konsep yang pertama yaitu apabila suatu penyakit terjadi dan hanya disebabkan oleh tiga factor yaitu pathogen (P), inang (I), dan lingkungan (L), maka konsep tersebut disebut dengan konsep segitiga penyakit (Plant disease triangle). Sedangkan apabila factor penyebab terjadinya penyakit terdiri dari ketiga factor diatas dan ditambah factor manusia(M), maka konsepnya di sebut konsep segi empat penyakit (Plant diseas square) (Purnomo, 2011).
Inang adalah tanaman yang digunakan oleh penyakit sebagai tempat untuk berkembag biak, baik pada biji, sisa tanaman, dll. Pathogen yaitu bagaimana cara suatu pathogen tersebut mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memodifikasi organ-organ tubuhnya atau fungsi organ tubuhnya. Ligjungan yaitu tanpa adanya suatu kondisi linkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidakakan terjadi. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu perkecambahan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora sampai penyeberannya. Factor lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi diatas yaitu temperature, curah hujan, kelembapan udara, angin, dan lama serta intensitas cahaya (Yudiarti, 2007).

Pengendalian
1. Merubah kondisi lingkungan agar tidak disukai oleh pathogen, baik diluar inang yaitu lingkungan tumbuh maupun di dalam tubuh inang itu sendiri. Degan demikian kondisi lingkungan tersebut mendukung pertumbuhan inang akan tetapi tidak mendukung pertumbuhan pathogen (Yudiarti, 2007).
2. Buah ditangani dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya luka. Unutk mencegah terjadinya infeksi melaui luka potogan, tangkai buah dapat diobati dengan asam benzoate 10% dalam etanol, yang dilakukan paling lamba 5 jam setelah pemotongan buah (Semangun, 1994).
3. Dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis (Anonimus, b, 2011).
4. Pengurangan inokulum atau aktivitas pathogen penghasil penyakit atau parasit baik dalam bentuk aktif maupun dorman dengan satu atau banyak organisme yang dilakukan secara alami atau dengan cara memanipulasi lingkungan, inang, atau antagonis (Yudiarti, 2007).
5. Bibit ditaruh terbalik diatas tanaman nenas di lapang selama beberapa hari sebelum ditanam. Denga perlakuan ini diharapkan luka dapat menjadi sembuh, selain itu untuk menekan perkembangan C.paradoxa pada tangkai batang buuah nenas dapat dicegah dengan pemberian serbuk kalsium hipoklorida (Semangun, 1994).
6. Menghancurkan pathogen sebelum atau sesegera mungkin setelah pathogen menginvasi dan mencegah terjadinya kolonisasi dan sporulasi dengan fumigasi dan sterelisasi (Yudiarti, 2007).

PERMASALAHAN
Menurunkannya kualitas, banyak peneliti mengatakan bahwa terdapat batas kritis kehilangan air bahan yang menentukan terjadinya kelayuan. Kisaran batas kritis kehilangan air bahan adalah 7 – 10 persen. Bilamana batasan kritis ini telah tercapai, keadaan tersebut menyebabkan ruang antar sel melebar hingga sel satu dengan sel lainnya mulai terpisah. Akibat selanjutnya, komoditi panenan akan mengalami kelayuan yang menyebabkan pengurangan kualitas bahkan mungkin saja sudah tidak layak jual.
Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores.
Tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar. Faktor lingkungan itu adalah temperature, curah hujan, kelembapan, udara, angin, dan lamanya intensitas cahaya.
Tingginya jumlah populasi gandum yang terjangkit penyakit karat daun gandum (puccinia recondite) membuat para petani gandum kualahan menanganinya di tambah lagi dengan sulitnya mendapatkan insektisida pada penyakit tersebut dan tingginya harga menyebabkan lambannya penanggulangan terhadap penyakit tersebut, dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap para petani juga menjadi salah satu penyebab lambannya pananggulangan penyakit tersebut.

PEMBAHASAN
Pathogen penyebab penyakit dapat tumbuh baik atau tidak tergantung dengan kondisi lingkungannya, apakah lingkungan mendukung atau tidaknya perkembangan dan pertumbuhan pathogen atau inokulumnya pada inangnya sehingga untuk menekan terjadinya penyakit ini dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan agar tidak sesuai dengan lingkungan hidup pathogen. Hal ini sesuai dengan literatur Yudiarti (2007) yang menyatakan bahwa tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar.
Pengendalian penyakit karat daun gandum (Puccinia recondita) tidak hanya dengan menggunakan bahan kimia (insektisida), sesuai dangan literature semangun (1994) pengendalian penyakit karat daun gandum dapat dilakukan dengan merubah kondisi lingkungan agar tidak disukai oleh pathogen, baik diluar inang yaitu lingkungan tumbuh maupun di dalam tubuh inang itu sendiri. Degan demikian kondisi lingkungan tersebut mendukung pertumbuhan inang akan tetapi tidak mendukung pertumbuhan pathogen
Menurunnya kualitas tanaman gandum akibat terjangkit penyakit tersebut dapat di kurangi dengan mengatur waktu penanaman gandum. Hal ini sesuai dengan literatur Walker (1957) yang menyatakan bahwa Puccinia graminis biasanya tidak muncul pada tanaman gandum sampai akhir musim. hal ini sering tidak terlihat sampai Maret di India utara, saat gandum berada dalam . Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores. pinggiran menonjol epidermis putih muncul di pinggiran dari pustula. kemudian teleutosori atau Telia berkembang. yang teleutospores sering diproduksi dalam sorus yang sama dengan uredospores, dan karena mereka dalam warna lebih gelap daripada yang kedua, seseorang dapat melihat pustul secara bertahap berubah dari coklat ke hitam sebagai uang muka musim.
Pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo (2011) yang menytakan bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit, sehingga memunculkan konsep-konsep tentang timbulnya suatu penyakit. Konsep yang pertama yaitu apabila suatu penyakit terjadi dan hanya disebabkan oleh tiga factor yaitu pathogen (P), inang (I), dan lingkungan (L), maka konsep tersebut disebut dengan konsep segitiga penyakit (Plant disease triangle). Sedangkan apabila factor penyebab terjadinya penyakit terdiri dari ketiga factor diatas dan ditambah factor manusia(M), maka konsepnya di sebut konsep segi empat penyakit (Plant diseas square).

KESIMPULAN
1. Gejala serangan bagian daun yang terinfeksi, pada set karat hitam pertama ditandai dengan letusan memanjang, pustul coklat pada tangkai, selubung daun dan daun, tangkai yang paling sering diserang. pustula ini (uredosori atau uredia) mungkin seperempat inci atau lebih panjang dan sering bertemu satu sama lain. mereka sangat segera meledak, memperlihatkan serbuk coklat yang terdiri dari ribuan uredospores.
2. Pengendalian karat daun gandum dilakukan dengan cara kultural, memanipulasi lingkungan hidup pathogen dan pemanenan dengan hati-hati.
3. Pencegahan karat daun gandum dengan cara menghancurkan pathogen sebelum atau sesegera mungkin setelah patogen menginvasi dan mencegah terjadinya kolonisasi dan sporulasi dengan fumigasi dan sterelisasi pada lahan.
4. Pathogen penyebab penyakit dapat tumbuh baik atau tidak tergantung dengan kondisi lingkungannya, apakah lingkungan mendukung atau tidaknya perkembangan dan pertumbuhan pathogen atau inokulumnya pada inangnya sehingga untuk menekan terjadinya penyakit ini dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan agar tidak sesuai dengan lingkungan hidup pathogen.
5. Penurunnya kualitas tanaman gandum akibat terjangkit penyakit tersebut dapat di kurangi dengan mengatur waktu penanaman gandum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar