Jumat, 20 Mei 2011

LAPORAN DPT SUB PENYAKIT "PENYAKIT BUSUK PANGKAL TANAMAN NANAS (Ceratocystis paradoxa)"

PENYAKIT BUSUK PANGKAL (Ceratocystis paradoxa) PADA
TANAMAN NANAS (Ananas comosus)

LAPORAN
OLEH:
BAYDO M HUTABARAT
100301229
AET III


LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011


PENYAKIT BUSUK PANGKAL (Ceratocystis paradoxa) PADA
TANAMAN NANAS (Ananas comosus)

LAPORAN
OLEH:
BAYDO M HUTABARAT
100301229
AET III

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


Disetujui Oleh :
Dosen Penanggungjawab Laboratorium



(Ir. Lahmuddin Lubis, MP.)
NIP.195511211981031002

Diketahui Oleh Diperiksa Oleh
Assisten Koordinator Assisten Korektor



(Hardian Pirliza Ramadhani) (Iin Suwita)
NIM.070302033 NIM.070302020



LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina (Anonimus, 2011).
Buah nanas, muda mempunyai mata berwarna kelabu atau hijau muda, kelopak kecil-kecil yang menutupi separuh dari mata dan berwarna kelabu keputih-keputihan sehingga buah tampak kelabu. Apabila buah telah tumbuh maksimal (tua atau mature) dan sejalan dengan proses pematangan maka warnanya berubah (Sjaifullah, 1996).
Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik (Anonimus, 2011)
Buah dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis : tunggal (tomat, apel dan buah persik), kumpulan atau berbuah majemuk (nanas dan stroberi). Buah tunggal, yang dari sebuah buah tunggal, pematangan indung telur, bisa menjadi daging atau mengering. Daging buah, yang termasuk jenis beri, apel dan persik (Halfacre dan Jhon, 1979).
Nenas adalah tumbuhan yang lama berkembang, termasuk tumbuhan tropis monokotil yang menghasilkan buah yang sangat lezat dan dikonsumsi hamper diseluruh dunia. Mula-mula ada di Brazil, Paraguay dan argentina selatan di pusat amerika selatan (Hartmann, dkk, 1981).
Nanas secara luas tumbuh di daerah tropis dan sering kali menjadi barang dagang yan luas. Nenas mengandung banyak gula dan mengandung banyak vitamain A, B dan C. Nenas juga mengandung bromelin yang membantu mencerna daging (Mortensen, 1970).
Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui penyebab Penyakit Busuk Pangkal (Ceratocystis paradoxa) Pada Tanaman Nanas (Ananas comosus).
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah syarat untuk dapat mengikuti praktikal di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun klasifikasi tanaman nanas menurut Anonimus (2011) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr
Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan (perennial). Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem perakaran yang terbatas Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30 cm (Anonimus, 2011).
Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal dengan diameter 2,0 -3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai tempat melekat akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang (Hartmann, 1981).
Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada daunnya ada yang tumbuh dari duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun (Halfacre, 1979).
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5-10 kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6-16 bulan (Anonimus, 2011).
Syarat Tumbuh
Iklim

Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering). Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu (Anonimus, 2011).
Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam, Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 derajat C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 derajat C
(TTG Budidaya Pertanian, 2010).
Tanah
Nanas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-700 m dpl (Anonimus, 2011).
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akar. Nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering (TTG Budidaya Pertanian, 2010).
Biologi Penyakit
Adapun klasifikasi tanaman nanas menurut Anonimus (2011) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Ceratobasidiales
Family : Ceratobasidiaceae
Genus : Ceratocystis
Species : Ceratocystis paradoxa
Basidium adalah suatu badan yang melalui penonjolan selalu membentuk 4 spora. Basidium itu terdiri atas 1 sel yang membesar dan terbentuk gada dengan 4 eksospora padanya atau bersekat-sekat, jadi terdiri atas beberapa sel yang masing-masing membentuk satu basidiospora (Tjitrosoepomo, 2005).
Cendawan C. paradoxa bereproduksi secara seksual dan aseksual. C. paradoxa merupakan cendawan yang bersifat heterotalik dan menghasilkan banyak askomata ketika strain (+) dan (-) dipasangkan. Askomata berwarna cerah hingga cokelat tua atau hitam, berbentuk bulat, berdiameter 190-350 µm, terkadang berambut; memiliki struktur leher yang panjang, berwarna hitam dan cokelat pucat di bagian ujungnya, berukuran panjang lebih dari 400 µm
(Anonimus, 2011).
Seta ostiol berwarna hialin. Askospora berbentuk elips hingga reniform (berbentuk seperti ginjal) dengan ujung mengerucut, berwarna hialin, tidak bersekat, berukuran 3,5-8,0 x 2,0-2,5 µm. Konidiofor berwarna hialin hingga cokelat pucat, berukuran panjang lebih dari 200 µm, dan menghasilkan konidia di bagian ujungnya (Susanti, 2010).
Mikrokonidia berbentuk silindris hingga oval, berwarna hialin hingga kecokelatan, berdinding halus, berukuran 6-24 x 2,0-5,5 µm.
Spora (mikro- dan makrokonidia) hidup bebas di dalam tanah atau terdapat di dalam jaringan tanaman nenas. Inokulum cendawan C. paradoxa tersebar dari satu lahan ke lahan pertanaman lainnya melalui angin dan saluran irigasi
(Anonimus, 2011).


Gejala Serangan
Buah biasanya berawal dari tangkai dan terus menjalar kebagian buah. Bagian buah yang terinfeksi akan membusuk, lunak, dan berwarna kuning pada awalnya kemudian berubah menjadi berwarna hitam. Pembusukan ini disertai dengan keluarnya bau yng khas (Susanti, 2010).
Pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan (Anonimus, 2011).
Pada bibit nenas terjadi busuk lunak yang berwarna coklat pada pangkalnya. Pembusukan ini dapat meluas keatas ke daun-daun sebelum atau sesudah bibit dipindah ke lapang. Pada daun penyakit menyebabkan timbulnya bercak-bercak putih kekuningan yang lebar dan pendek, buah matang yang busuk berwarna kuning akhirnya berwarna hitam dan mengeluarkan bau yang khas
(Semangun, 1994).
Daun yang mula-mula berwarna hijau cerah, menjadi kuning, hijau redup atau hijau pucat disebut klorose. Perubahan warna ini disebabkan oleh rusaknya atau tidak berfungsinya klorofil, mungkin akibat kekurangan cahaya matahari atau serangan penyakit (Pracaya, 1999).
Faktor yang Mempengaruhi
Tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemic tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar. Faktor lingkungan itu adalah temperature, curah hujan, kelembapan, udara, angin, dan lamanya intensitas cahaya (Yudiarti, 2007).
Bibit-bibit yang mempunyai bidang potongan yang cukup besar pada pangkalnya, sangat rentan terhadap penyakit, terutama jika banyak hujan. Baik buah mentah, maupun buah masak adalah rentan (Semangun, 1994).
Patogen ini dapat bertahan di dalam tanah selama 15 bulan, sedangkan dalam media biakan, patogen ini dapat bertahan selama 12 bulan, dan selama 6-8 bulan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi. Cendawan C. paradoxa tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 25-31°C dengan pH sekitar 5,5-6,3. Pertumbuhan optimum cendawan ini adalah pada suhu 28°C. Cendawan C. paradoxa tumbuh dengan baik pada media yang mengandung glukosa dan fruktosa daripada media yang mengandung sukrosa. Biakan C. paradoxa dapat disimpan selama 12 bulan di dalam freezer lemari es (Anonimus, 2011).
Faktor lain yang dapat dan akan beraibat pada siklus penyakit diantaranya kondisi asam basa dari tanah (pH tanah), kondisi hara makanan dalam tanah, kondisi udara, dalam hal ini angin yang berfungsi untuk penyebaran spora, sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dan aktifitas serangan sebagai pembawa partikel virus (Yudiarti, 2007).
Infeksi pada buah terutama melalui bidang potongan pada tangkai setelah panen. Penanganan buah pascapanen secara kasar, yang menyebabkan terjadinya luka, akan meningkatkan jumlah buah yang busuk. Pembusukan berlangsung dengan cepat pada suhu 23-290C (Semangun, 1994).
Pengendalian
1. Merubah kondisi lingkungan agar tidak disukai oleh pathogen, baik diluar inang yaitu lingkungan tumbuh maupun di dalam tubuh inang itu sendiri. Degan demikian kondisi lingkungan tersebut mendukung pertumbuhan inang akan tetapi tidak mendukung pertumbuhan pathogen (Yudiarti, 2007).
2. Buah ditangani dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya luka. Unutk mencegah terjadinya infeksi melaui luka potogan, tangkai buah dapat diobati dengan asam benzoate 10% dalam etanol, yang dilakukan paling lamba 5 jam setelah pemotongan buah (Semangun, 1994).
3. Dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis (Anonimus, 2011).
4. Pengurangan inokulum atau aktivitas pathogen penghasil penyakit atau parasit baik dalam bentuk aktif maupun dorman dengan satu atau banyak organisme yang dilakukan secara alami atau dengan cara memanipulasi lingkungan, inang, atau antagonis (Yudiarti, 2007).
5. Bibit ditaruh terbalik diatas tanaman nenas di lapang selama beberapa hari sebelum ditanam. Denga perlakuan ini diharapkan luka dapat menjadi sembuh, selain itu untuk menekan perkembangan C.paradoxa pada tangkai batang buuah nenas dapat dicegah dengan pemberian serbuk kalsium hipoklorida (Semangun, 1994).
6. Menghancurkan pathogen sebelum atau sesegera mungkin setelah pathogen menginvasi dan mencegah terjadinya kolonisasi dan sporulasi dengan fumigasi dan sterelisasi (Yudiarti, 2007).

PERMASALAHAN
Menurunkannya kualitas, banyak peneliti mengatakan bahwa terdapat batas kritis kehilangan air bahan yang menentukan terjadinya kelayuan. Kisaran batas kritis kehilangan air bahan adalah 7 – 10 persen. Bilamana batasan kritis ini telah tercapai, keadaan tersebut menyebabkan ruang antar sel melebar hingga sel satu dengan sel lainnya mulai terpisah. Akibat selanjutnya, komoditi panenan akan mengalami kelayuan yang menyebabkan pengurangan kualitas bahkan mungkin saja sudah tidak layak jual. ( Anonimus, 2011).
Infeksi pada buah terutama melalui bidang potongan pada tangkai setelah panen. Penanganan buah pascapanen secara kasar, yang menyebabkan terjadinya luka, akan meningkatkan jumlah buah yang busuk. Pembusukan berlangsung dengan cepat pada suhu 23-290C (Semangun, 1994).
Tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar. Faktor lingkungan itu adalah temperature, curah hujan, kelembapan, udara, angin, dan lamanya intensitas cahaya (Yudiarti, 2007).

PEMBAHASAN
Penyakit busuk pangkal pada tanaman nanas (Ananas comosus) menyebabkan pengangkutan air dari tanah melalui akar ke seluruh bagian tanamann terutama di atas pangkal batang akan tergangu karena terjadi pembusukan yang disebabkan oleh Ceratocystis paradoxa sehingga tanaman akan kekurangan air. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimus (2011) yang menyatakan bahwa batas kritis kehilangan air bahan yang menentukan terjadinya kelayuan. Kisaran batas kritis kehilangan air bahan adalah 7 – 10 persen. Bilamana batasan kritis ini telah tercapai, keadaan tersebut menyebabkan ruang antar sel melebar hingga sel satu dengan sel lainnya mulai terpisah. Akibat selanjutnya, komoditi panenan akan mengalami kelayuan yang menyebabkan pengurangan kualitas bahkan mungkin saja sudah tidak layak jual.
Buah nanas dapat terserang penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh infeksi pada bagian batang yang dipotong saat pemanenan yang memungkinkan dengan adanya luka ini pathogen penyebab penyakit dapat masuk seperti Ceratocystis paradoxa. Hal ini sesuai dengan literatur Semangun (1994) yang menyatakan bahwa Infeksi pada buah terutama melalui bidang potongan pada tangkai setelah panen. Penanganan buah pascapanen secara kasar, yang menyebabkan terjadinya luka, akan meningkatkan jumlah buah yang busuk. Pembusukan berlangsung dengan cepat pada suhu 23-290C
Pathogen penyebab penyakit dapat tumbuh baik atau tidak tergantung dengan kondisi lingkungannya, apakah lingkungan mendukung atau tidaknya perkembangan dan pertumbuhan pathogen atau inokulumnya pada inangnya sehingga untuk menekan terjadinya penyakit ini dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan agar tidak sesuai dengan lingkungan hidup pathogen. Hal ini sesuai dengan literatur Yudiarti (2007) yang menyatakan bahwa tanpa adanya kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan penyakit, maka epidemik tidak akan terjadi. Factor lingkungan merupakan factor pengontrol besar kecilnya suatu kejadian epidemik. Pengaruhnya mulai dari fase sebelum infeksi yaitu diwaktu inokulum bertahan hidup dikala tidak ada inang sampai perkembangan spora, kemudian penetrasi, kolonisasi, pembentukan spora yang menyebar.

KESIMPULAN
1. Penyakit busuk pangkal pada tanaman nanas (Ananas comosus) disebabkan oleh Ceratocystis paradoxa.

1 komentar:

  1. The 8-bit Ecm Titanium C-6 - The Silicon Art
    We use the 8-bit, titanium solvent trap or columbia titanium boots '10-bit' model to develop our games. But while this model does titanium plate look 슬롯 beautiful, we need titanium band rings to dig deeper.

    BalasHapus